Hakikatnya, seorang ‘penyeru’ itu mesti mencerminkan perkara
yang diseru itu melalui sikap dan akhlaknya. Jika ‘penyeru’ itu mendakwa dia menyeru
manusia ke jalan Allah (fi sabilillah), menyeru kepada Islam, Iman dan Ihsan
serta menyeru kepada pemahaman dan pengamalan Islam secara menyeluruh (syumul),
tetapi sikap serta akhlaknya di mata masyarakat amat jauh sekali daripada
perkara yang diseru itu, inilah azab yang maha besar menimpa ‘penyeru’
tersebut! Jika ‘penyeru’ tersebut menyedari tentang ini, cepat-cepatlah ke
mihrab memohon keampunan kepada Tuhan Sekalian Alam!
Mana mungkin seorang yang sering mencanang-canang tentang pentingnya
memahami dan mengamalkan Islam, tetapi diri sendiri diabaikan, ibarat pepatah
Melayu (yang diubah suai): bikin tak serupa cakap! Tidak gerunkah kita
dengan firman Allah s.w.t? :
“Mengapa kamu
suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)
mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab ? Maka tidakkah kamu berfikir?” (2:44)
“Wahai orang-orang
yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat
besar kebencian di sisi Allah apabila kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.” (61:3)
Mustahil bagi seorang yang mendakwa dirinya ‘penyeru ke
jalan Allah’ mengabaikan aspek pengislahan dirinya di samping menyeru orang
lain untuk mengislahkan diri masing-masing!
Allah s.w.t berfirman :
“Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak menderhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (66:6)
Rasulullah s.a.w pada awal seruannya secara terang-terangan
di Makkah menyeru kepada masyarakat Mekah dengan seruan : “Anqizu anfusakum
min an-nar..!” (Wahai kalian Quraisy, selamatkanlah diri kamu dari api
neraka, wahai kalian Ka’ab, selamatkanlah diri kamu dari api neraka, demi Allah
sesungguhnya aku tidak berkuasa menolong kamu dari azab Allah. Apa yang ada
hanyalah hubungan Rahim yang boleh kutunaikan).
Seseorang yang sudah ada kesedaran dan cita-cita untuk
menjadi ‘penyeru’ wajib mengambil teladan daripada bapa segala seruan,
iaitu Nabi dan Rasul! Mari kita selak lembaran sirah Nabi-nabi dan Rasul-rasul
terdahulu tanpa rasa muak dan jemu, kerana hakikatnya sejarah (sirah) itu
untuk diteladani dan diambil ibrah bukan hanya dijadikan kisah di atas tilam
atau untuk bermadah!
Mari kita renung hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim dari Usamah bin Zaid bin Harithah r.anhu : Aku mendengar Rasulullah
s.a.w bersabda:
“Akan didatangkan
seorang lelaki pada hari kiamat kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka dan
terburailah isi perutnya di neraka sebagaimana seekor keldai yang berputar
mengelilingi penggilingan (tepung). Maka berkumpullah para penduduk neraka di
sekitarnya. Mereka bertanya, “Wahai fulan, apa yang terjadi padamu, bukankah
dahulu kamu memerintahkan yang ma’ruf kepada kami dan melarang kami dari
kemungkaran?”. Lelaki itu menjawab, “Benar! Dahulu aku memerintahkan kalian
mengerjakan yang ma’ruf sedangkan aku tidak melakukannya. Dan aku melarang
kalian dari kemungkaran namun aku justeru melakukannya.”
Nah, tak cukup lagi ke ancaman-ancaman yang dijanjikan oleh
Allah s.w.t dan Rasulullah s.a.w?
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Eh?
Mana mungkin orang yang tak terisi akan mampu mengisi!
Mana mungkin dianggap musleh jika diri sendiri tak pernah berusaha
untuk jadi soleh!
Mana mungkin menegakkan daulah islamiyah di atas muka bumi
jika tak mampu menegakkan daulah islamiyah di dalam diri!
Mana mungkin...mana mungkin…dan mana mungkin...!
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Akhir sekali, marilah sama-sama kita tanamkan dalam diri
kita prinsip yang digariskan oleh al-Imam as-Syahid Hasan al-Banna ini:
أصلح نفسك و ادع غيرك
‘Baikilah dirimu DAN
serulah orang lain’
Ya Allah, bantulah kami dalam mengingati-Mu, mensyukuri
nikmat-Mu, mengerjakan ketaatan kepada-Mu dan menyeru manusia ke jalan-Mu. Sesungguhnya
tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan bantuan-Mu.