بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي ألف بين قلوبنا وجعلنا إخوانا متحابين عاملين داعين مجاهدين في سبيله
أحييكم معاشر الإخوان والأخوات جميعا بالتحية الإسلام
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan tiga hal. Yang pertama adalah pada awal-awal saya diberi amanah sebagai presiden. Hampir semua taujih-taujih yang saya sampaikan, saya menyampaikan satu hal yang sangat penting. Yaitu masalah almuayyasah al ‘amaliyah ma’al qur’aan. Bagaimana kita bermuayyasah (berinteraksi -ed) secara amaliyah dengan alqur’an sepanjang kita menghadapi semua tantangan, semua badai yang sedang berlangsung. Karena ini adalah momentum yang paling bagus untuk mentarbiyah diri kita semuanya. Baik secara individu maupun secara jama’iy melalui cobaan-cobaan yang kita hadapi.
Dari pengalaman kita baik dalam muayyasah dengan quran maupun dengan inspirasi yang kita peroleh di lapangan. Saya kira setidak-tidaknya kita mendapatkan tiga hal;
Yang pertama adalah semua tantangan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita itu adalah merupakan cara Allah SWT untuk meningkatkan kadar keikhlasan ‘ubudiyah kita kepada-Nya. Atau ikhlaashul ‘ubuudiyah lillaah. Supaya kita melakukan reorientasi, memperbaiki niat kembali, memperbaiki arah hidup. Bahwa pada akhirnya niat awal kita semuanya terlibat dalam pergerakan ini adalah niat ibadah dan dakwah. Dan niat itu harus terus menerus kita pertahankan dalam semua situasi yang kita hadapi.
Yang pertama adalah semua tantangan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita itu adalah merupakan cara Allah SWT untuk meningkatkan kadar keikhlasan ‘ubudiyah kita kepada-Nya. Atau ikhlaashul ‘ubuudiyah lillaah. Supaya kita melakukan reorientasi, memperbaiki niat kembali, memperbaiki arah hidup. Bahwa pada akhirnya niat awal kita semuanya terlibat dalam pergerakan ini adalah niat ibadah dan dakwah. Dan niat itu harus terus menerus kita pertahankan dalam semua situasi yang kita hadapi.
Semua cobaan-cobaan yang diberikan Allah SWT kepada kita bertujuan menyadarkan kita kita tentang qudratullah (keMaha berdayaan Allah SWT) sekaligus juga kelemahan kita. Oleh karena itu yang ingin dilihat oleh Allah SWT dari kita semuanya sebagai hambaNya dalam situasi seperti ini adalah Al inkisaar. Al Inkisaar ini adalah orang yang merasa seperti luluh lantak dihadapan Allah SWT. Supaya kita merasakan bahwa pada akhirnya kita ini tidak punya apa-apa di hadapan Allah SWT. Dan pada akhirnya semua daya kita itu adalah pemberian Allah SWT. Saya kira penting masalah-masalah seperti ini untuk kita hadirkan terus menerus dalam sepanjang jalan perjuangan kita semuanya. Supaya semua kelelahan yang telah kita rasakan dalam perjuangan ini. Begitu juga semua pengorbanan yang sudah kita keluarkan tidak hilang sia-sia. Karena dari awalnya kita sadar bahwa ini semuanya untuk Allah SWT.
Yang kedua kita merasakan apa artinya sabar. Dan kalau kita belajar dari qur’an –ikhwah sekalian- sifat yang paling banyak diulangi di dalam qur’an itu adalah sabar. Antum bandingkan kata sabar dalam alqur’an dengan semua akhlak yang lainnya, sabarlah paling banyak terulang. Sehingga para ulama mengatakan sabar itu adalah Ummul Akhlaq (ibunya semua akhlak yang terpuji).
Kita juga merasakan keterbatasan sumber daya. Saya mengatakan kepada banyak ikhwah sepanjang kita melakukan jaulah. Yang ikut beserta saya. Selama kita menghadapi musibah ini sebaiknya kita tidak meminta tolong kepada orang lain. Karena muka kita lagi jelek. Kita atasi persoalan kita sendiri dengan cara kita sendiri, dengan sumber daya kita sendiri, dengan kantong kita sendiri. Sebab apa yang paling penting untuk kita tunjukkan dalam situasi seperti itu adalah menjawab pertanyaan mendasar sejauh mana kita bisa bertahan dalam keadaan dimana kita hanya benar-benar mengandalkan kemampuan kita sendiri tanpa orang lain. Dan supaya kita membuktikan kepada diri kita dan juga kepada orang lain. Bahwa kita ini serius menolong agama kita sendiri. Serius menolong nilai-nilai perjuangan kita dan cita-cita kita semuanya.
Kadang-kadang ikhwah sekalian, ada situasi yang kita hadapi bukan hanya dalam politik, dalam kehidupan dakwah secara umum. Tapi yang sekarang kita rasakan. Ada situasi seperti yang dihadapi oleh nabi Yunus. Terjebak dalam situasi dimana tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh manusia. Coba antum bayangkan seandainya kita berada dalam perut ikan seperti itu dan tidak ada lagi yang bisa kita lakukan. Tapi tidak mati juga, Cuma kita ada dalam situasi seperti itu. Yang membuat orang bertahan dalam situasi seperti itu adalah sabar dan tetap berharap. Karena itu kalau kita lihat –ikhwah sekalian- doa nabi yunus itu adalah doa yang sangat sederhana.
{لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ} [الأنبياء: 87}
Itu bukan doa tapi pengakuan dosa. Jadi ada situasi dimana seperti itu. Dan karena itu ikhwah sekalian, sabarlah yang membuat orang itu bertahan hidup dan survive dalam situasi yang paling sulit. Saya kira kita akan menghadapi tekanan jiwa dan tekanan finansial ini dan juga kekurangan dukungan dan sebagainya. Tetapi kita mesti dari sini mengukur kemampuan kita untuk bertahan. Tapi yang menarik –ikhwah sekalian- sabar ini juga di dalam qur’an dihubungkan dengan kepemimpinan.
{وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا} [السجدة: 24}
Kenapa Ikhwah sekalian? Apa yang paling berat dalam politik itu adalah waktu kita berada dalam satu situasi dimana satu-satunya hal yang paling bijak yang kita lakukan pada saat itu adalah diam. Itu situasi yang sangat berat. Kita mau bergerak tapi memang situasi menuntut kita diam. Dan itu yang membuat banyak orang melakukan kesalahan dalam politik adalah ketika seharusnya dia diam, dia bergerak.
Saya merasa penting untuk mengungkap kembali hal ini -ikhwah sekalian-. Karena kita akan memasuki tahapan-tahapan akhir dari perjuangan kita ini. Dan ini membutuhkan energy yang jauh lebih besar, kesabaran yang jauh lebih besar. Dan disinilah kita membuktikan apakah kita bisa memimpin atau benar-benar tidak bisa memimpin.
Kadang-kadang ikhwah sekalian, ada situasi yang kita hadapi bukan hanya dalam politik, dalam kehidupan dakwah secara umum. Tapi yang sekarang kita rasakan. Ada situasi seperti yang dihadapi oleh nabi Yunus. Terjebak dalam situasi dimana tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh manusia. Coba antum bayangkan seandainya kita berada dalam perut ikan seperti itu dan tidak ada lagi yang bisa kita lakukan. Tapi tidak mati juga, Cuma kita ada dalam situasi seperti itu. Yang membuat orang bertahan dalam situasi seperti itu adalah sabar dan tetap berharap. Karena itu kalau kita lihat –ikhwah sekalian- doa nabi yunus itu adalah doa yang sangat sederhana.
{لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ} [الأنبياء: 87}
Itu bukan doa tapi pengakuan dosa. Jadi ada situasi dimana seperti itu. Dan karena itu ikhwah sekalian, sabarlah yang membuat orang itu bertahan hidup dan survive dalam situasi yang paling sulit. Saya kira kita akan menghadapi tekanan jiwa dan tekanan finansial ini dan juga kekurangan dukungan dan sebagainya. Tetapi kita mesti dari sini mengukur kemampuan kita untuk bertahan. Tapi yang menarik –ikhwah sekalian- sabar ini juga di dalam qur’an dihubungkan dengan kepemimpinan.
{وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا} [السجدة: 24}
Kenapa Ikhwah sekalian? Apa yang paling berat dalam politik itu adalah waktu kita berada dalam satu situasi dimana satu-satunya hal yang paling bijak yang kita lakukan pada saat itu adalah diam. Itu situasi yang sangat berat. Kita mau bergerak tapi memang situasi menuntut kita diam. Dan itu yang membuat banyak orang melakukan kesalahan dalam politik adalah ketika seharusnya dia diam, dia bergerak.
Saya merasa penting untuk mengungkap kembali hal ini -ikhwah sekalian-. Karena kita akan memasuki tahapan-tahapan akhir dari perjuangan kita ini. Dan ini membutuhkan energy yang jauh lebih besar, kesabaran yang jauh lebih besar. Dan disinilah kita membuktikan apakah kita bisa memimpin atau benar-benar tidak bisa memimpin.
Yang ketiga ikhwah sekalian, kita juga merasakan bahwa salah satu sisi penting dari tarbiyah qur’aniyah itu adalah menyadari apa dimaksud oleh quran itu dengan istilah taufik. Karena kita juga tahu dalam politik itu momentum itu nilai yang sangat penting (timing). Dan yang dimaksud taufik itu adalah
الْتِقاء الإِرَادَةِ الإِلَهِية مَعَ الإِرَادَةِ البَشَرِيَة فِي الزَمَانِ المُنَاسِب وَ الْوَقْتِ الْمُنَاسِبِ وَ الْمَكَانِ المُنَاسِبِ
الْتِقاء الإِرَادَةِ الإِلَهِية مَعَ الإِرَادَةِ البَشَرِيَة فِي الزَمَانِ المُنَاسِب وَ الْوَقْتِ الْمُنَاسِبِ وَ الْمَكَانِ المُنَاسِبِ
Bertemunya kehendak Allah daan harapan manusia pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat.
Kita semua adalah orang yang percaya kepada takdir. Tetapi kita tidak pernah tahu apa yang ditakdirkan kepada kita.Sehingga kita adalah orang yang terus menerus berusaha meraba, menemukan, mencari tahu apa sesungguhnya takdir kita itu. Dan saya kira –ikhwah sekalian- pelajaran yang paling penting sepanjang bulan-bulan ini yang saya rasakan setidak-tidaknya secara pribadi adalah bahwa ternyata tingkat ketepatan kita itu tidak pernah benar-benar bisa kita rencanakan. Jadi apa yang kita maksud dengan terburu-buru atau terlambat, timing. Itu tidak pernah kita benar-benar bisa tahu. Dan itu murni sepenuhnya adalah takdir Allah SWT. Sebab kita bergerak dalam situasi dimana sebagian besar komponen-komponen perubahan itu tidak ada dalam kendali kita. Dan satu-satunya cara untuk menghadirkan semua komponen-komponen seperti yang kita inginkan itu adalah menyelesaikan apa yang menjadi kewajiban kita sebagai hamba dan sisanya menyerahkannya kepada Allah SWT. Biarlah Dia yang mengaturnya dengan caranya sendiri.
Tetapi masalah ini ikhwah sekalian, saya penting menghadirkan makna ini kembali supaya dalam proses pengambilan keputusan kita semuanya dan dalam cara kita melangkah. Kita menghadirkan tiga makna ini dalam satu rangkaian sekaligus:Ikhlaashul ‘ubuudiyati lillaah, ash-shabru wal mushaabarah dan raja-ut taufiiq ilaahiy. Jadi makna-makna ini ikhwah sekalian adalah ma’aani ruuhiyyah. Makna-makna spiritual ini perlu kita hadirkan kembali. Dan dengan makna-makna spiritual ini kita memberikan al-lamsar ruuhiyyah lil ‘amaliyatis siyaasiyyah. Kita memberikan sentuhan spiritual yang kuat dalam seluruh kerja-kerja politik kita.
Kita semua adalah orang yang percaya kepada takdir. Tetapi kita tidak pernah tahu apa yang ditakdirkan kepada kita.Sehingga kita adalah orang yang terus menerus berusaha meraba, menemukan, mencari tahu apa sesungguhnya takdir kita itu. Dan saya kira –ikhwah sekalian- pelajaran yang paling penting sepanjang bulan-bulan ini yang saya rasakan setidak-tidaknya secara pribadi adalah bahwa ternyata tingkat ketepatan kita itu tidak pernah benar-benar bisa kita rencanakan. Jadi apa yang kita maksud dengan terburu-buru atau terlambat, timing. Itu tidak pernah kita benar-benar bisa tahu. Dan itu murni sepenuhnya adalah takdir Allah SWT. Sebab kita bergerak dalam situasi dimana sebagian besar komponen-komponen perubahan itu tidak ada dalam kendali kita. Dan satu-satunya cara untuk menghadirkan semua komponen-komponen seperti yang kita inginkan itu adalah menyelesaikan apa yang menjadi kewajiban kita sebagai hamba dan sisanya menyerahkannya kepada Allah SWT. Biarlah Dia yang mengaturnya dengan caranya sendiri.
Tetapi masalah ini ikhwah sekalian, saya penting menghadirkan makna ini kembali supaya dalam proses pengambilan keputusan kita semuanya dan dalam cara kita melangkah. Kita menghadirkan tiga makna ini dalam satu rangkaian sekaligus:Ikhlaashul ‘ubuudiyati lillaah, ash-shabru wal mushaabarah dan raja-ut taufiiq ilaahiy. Jadi makna-makna ini ikhwah sekalian adalah ma’aani ruuhiyyah. Makna-makna spiritual ini perlu kita hadirkan kembali. Dan dengan makna-makna spiritual ini kita memberikan al-lamsar ruuhiyyah lil ‘amaliyatis siyaasiyyah. Kita memberikan sentuhan spiritual yang kuat dalam seluruh kerja-kerja politik kita.
Point kedua yang ingin saya sampaikan, rasanya kita telah mengembangkan apa yang saya sebut dengan al-kafaa-ah siyaasiyyah, kemampuan politik kita. Baik dalam pemahaman maupun dalam performan. Saya termasuk yang selalu percaya bahwa satu partai yang ingin menjadi besar memang mesti menghadapi tantangan yang lebih besar. Dan makin besar tantangan yang kita hadapi, itu juga berarti bahwa kita menghadapi satu proses penggemblengan lapangan secara langsung yang mengupgrade kemampuan kita bekerja. Jauh lebih baik dibanding ketika kita tidak menghadapi tantangan-tantangan seperti ini. Dan salah satu manfaat dari musibah-musibah yang menimpa kita itu adalah dia membuka mata kita kepada kelemahan-kelemahan kita. Tapi pada waktu yang sama, dia juga membuka mata kita kepada kelebihan-kelebihan dan kekuatan-kekuatan kita yang mungkin selama ini kita tidak sadari. Kalau ada satu hal yang pantas kita catat suatu waktu, lima, sepuluh tahun, dua puluh tahun yang akan datang tentang periode ini. Menurut saya diantara bagian yang paling penting adalah bahwa kita telah memberikan pelajaran kepada diri kita sendiri dan kepada orang lain di luar sana. Bagaimana caranya untuk tetap menjadi solid dan militan dalam keadaan yang paling sulit. Belum tentu dalam keadaan damai kita bisa menjadi solid dan militan seperti sekarang. Tapi bulan-bulan ini kita belajar luar biasa. Mengatasi semua keterbatasan kita, menghadapi masalah di dalam , menghadapi masalah di luar dan seterusnya. Dan kita bisa tetap menunjukkkan soliditas dan mengelola sebuah organisasi yang besar dalam sebuah Negara yang besar.
Ketiga, pemahaman kita tentang politik ini jauh berkembang lebih baik dari pada sebelumnya. Saya kira kita mulai sampai pada satu keseimbangan, satu iklim baru tentang apa yang selama ini kita pertentangkan. Misalnya antara idealisme dan pragmatisme.
Saya kira kita tidak pernah –Insyaa Allaah- kehilangan idealisme kita. Tapi yang berkembang itu adalah fiqhul waaqi’ (Pemahaman Realiti-pent) kita itu jauh lebih bagus dari pada tahun-tahun sebelumnya. Dan karena itu cara kita melakukan mu’aalajatul waaqi’ (merawat realiti-pent) itu juga jauh lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya. Kita tidak berubah menjadi sangat pragmatis sebagaimana yang mungkin kita tuduhkan kepada diri kita sendiri. Tetapi kita menjadi jauh lebih realistis, jauh lebih sabar mengelola situasi kita karena pengetahuan kita tentang realitas jauh lebih detil dari pada tahun-tahun sebelumnya. Konsep tentang apa yang saya sebut dengan learning organization. Organisasi pembelajar yang terus menerus belajar. Dan dalam proses belajar itu kita mengalami proses jatuh bangun, jatuh bangun, jatuh bangun. Ada gagal dan seterusnya. Tetapi yang muncul itu ikhwah sekalian adalah satu mindset baru, satu kemampuan berfikir baru yang tidak mungkin kita punyai kecuali kalau kita terjun ke lapangan. Ini yang saya sebut dengan al-‘aqliyah tajribiyah (akal empiris). Kita tumbuh dengan cara berfikir normative (lawan positive-pent) dan salah satu kelemahan umat Islam itu adalah emosinya kepada ideologi terlalu kuat. Dia berlari kembali kepada normanya, dia meninggalkan lapangan. Kenapa? Karena ada yang kosong dalam struktur pengetahuannya, dalam struktur pemikirannya yaitu bahwa dia tidak mempunyai apa yang disebut dengan al-‘aqliyah tajribiyah.
Pengalaman itu ikhwah sekalian adalah sesuatu yang terbuka untuk dipelajari. Dan jangan pernah mengharamkan diri kita untuk gagal pada suatu waktu. Karena kegagalan itu sendiri adalah materi pembelajaran. Dan kalau ada hal yang lebih penting menurut saya dalam proses pencapaian kita semuanya ini adalah tumbuhnya kemampuan berfikir empiric yang ada dalam diri kita sekarang ini. Dan karena itu kita mulai bisa menerapkan ilmu pengetahuan dalam hampir semua aspek cara kita bekerja. Mudah-mudahan dengan cara seperti ini, kita mentransformasi diri kita secara perlahan-lahan menjadi salah satu model dari apa yang sekarang disebut orang dengan knowledge society (masyarakat berpengetahuan). Yang menggunakan pengetahuannya sebagai sebuah fungsi untuk memperbaiki kinerjanya (prestasi/hasil kerja-pent) dari waktu ke waktu.
Menurut saya –ikhwah sekalian- pencapaian-pencapaian seperti ini dalam organisasi kita dalam pertumbuhan jama’ah kita. Ini penting untuk terus menerus kita catat. Karena ini mempunyai implikasi yang sangat panjang dalam daya tahan organisasi ini melawan waktu yang panjang di masa yang akan datang. Dan saya kira dalam hal ini kita mudah-mudahan insyaa Allah ada dalam on the track belajar secara jauh lebih bagus dari proses-proses yang kita alami selama ini. Dan sekali lagi ikhwah sekalian, nilai ini. Ini yang saya maksud dengan Peningkatan pada kafaa-ah siyaasiyah kitafahman wa adaa-an. Baik dalam pemahaman, dalam pembentukan, penyempurnaan dan struktur berfikir kita semuanya maupun dalam kemampuan kerja kita semuanya.
Menurut saya –ikhwah sekalian- pencapaian-pencapaian seperti ini dalam organisasi kita dalam pertumbuhan jama’ah kita. Ini penting untuk terus menerus kita catat. Karena ini mempunyai implikasi yang sangat panjang dalam daya tahan organisasi ini melawan waktu yang panjang di masa yang akan datang. Dan saya kira dalam hal ini kita mudah-mudahan insyaa Allah ada dalam on the track belajar secara jauh lebih bagus dari proses-proses yang kita alami selama ini. Dan sekali lagi ikhwah sekalian, nilai ini. Ini yang saya maksud dengan Peningkatan pada kafaa-ah siyaasiyah kitafahman wa adaa-an. Baik dalam pemahaman, dalam pembentukan, penyempurnaan dan struktur berfikir kita semuanya maupun dalam kemampuan kerja kita semuanya.
*Disampaikan pada PENUTUPAN ELECTION UPDATE III PKS, dan disunting sedikit untuk difahami dalam Bahasa Malaysia
No comments:
Post a Comment